HEMOFILIA
RUANG 305
KELOMPOK 3
Muhamad Robby Rohim (1110711074)
Rahman Nopember (1110711085)
Ardi Pranata (1110711098)
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemofilia telah ditemukan sejak
lama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para rabi Yahudi, 2 abad setelah masehi
menyatakan bahwa seorang bayi laki-laki tidak harus dikhitan jika dua kakak
laki-lakinya mengalami kematian akibat dikhitan. Selain itu, seorang dokter
asal Arab, Albucasis, yang hidup pada abad ke-12 menulis tentang sebuah
keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan
akibat luka kecil.
Pada tahun 1803, Dr. John Conrad
Otto, seorang dokter asal Philadelphia menulis sebuah laporan mengenai
perdarahan yang terjadi pada suatu keluarga tertentu saja. Ia menyimpulkan
bahwa kondisi tersebut diturunkan hanya pada pria.
Kata hemofilia pertama kali muncul
pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828.
Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama
kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas
Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928.
Pada abad ke 20, pada dokter terus
mencari penyebab timbulnya hemofilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh
darah dari penderita hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937, dua orang
dokter dari Havard, Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada
pembekuan darah, yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma
dalam darah.
Biologi molekuler adalah bidang ilmu
yang mempelajari organisme pada tingkat molekul. Paradigma yang dianut dalam
biologi molekuler adalah bahwa setiap organisme terdiri dari sel, dan sel
terdiri dari sejumlah besar molekul, sehingga baik struktur maupun fungsinya
yang ditunjukkan oleh suatu organisme, termasuk fungsi-fungsi yang menunjukkan
bahwa organisme ditentukan oleh molekul-molekul tersebut. Oleh karena itu,
dewasa ini para dokter dituntut untuk dapat mendalami suatu penyakit sampai
pada tingkat molekuler. Dengan menganut biologi molekuler, kita dapat
mengetahui penyakit yang pada dasarnya terjadi karena adanya perubahan dalam
molekul-molekul yang terdapat dalam tubuh kita. Begitu pula dalam kasus
hemophilia.
Walaupun Hemofilia telah dikenal
lama di ilmu dunia kedokteran, namun baru pada tahun 1965, diagnosis melalui
laboratorium baru diperkenalkan oleh Kho Lien Kheng. Diagnosis laboratorium
yang diperkenalkannya menggunakan Thromboplastin Generation Test (TGT), selain
pemeriksaan waktu perdarahan dan masa waktu pembekuan darah. Pada saat itu
pemberian darah lengkap segar merupakan satu-satunya cara pengobatan yang
tersedia di rumah sakit.
Hemofilia
merupakan kelainan pembekuan darah yang diturunkan secara X-linked
recessive.Dikenal 2 macam hemofilia yaitu hemofilia A karena defisiensi F VIII
dan hemofilia B dengandefisiensi faktor IX. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
riwayat perdarahan, gambaran klinik danpemeriksaan laboratorium. Pada
pemeriksaan hemostasis penyaring dijumpai APTT memanjangsedang semua tes lain
memberi hasil normal. Untuk membedakan hemofilia A dengan hemofilia Bdapat
dikerjakan pemerikasaan TGT atau diferensial APTT, tetapi dengan tes ini tidak
dapatditentukan aktivitas F VIII atau IX. Untuk mengetahui aktivitas
masing–masing faktor perludilakukan assay F VIII dan F IX. Hemofilia A juga
perlu dibedakan dari penyakit von Willebrand karenapenyakit ini dapat dijumpai
aktivitas F VIII yang rendah. Untuk membedakannya dilakukanpemeriksaan masa
perdarahan dan pemeriksaan terhadap faktor von Willebrand.
1.2 Rumusan Masalah
·
Apa Definisi Hemofilia ?
·
Apa Jenis-jenis Hemofilia ?
·
Bagaimana Etiologi Hemofilia ?
·
Apa Tanda dan Gejala Hemofilia
·
Bagaimana Patofisiologi dari
Hemofilia ?
·
Apa Manifestaisi klinis Hemofilia ?
·
Bagaimana Pemeriksaan penunjang
Hemofilia ?
·
Bagaimana penatalaksanaan penyakit
Hemofilia ?
·
Bagaimana Asuhan Keperawatan
Hemofilia ?
1.3.
Tujuan
- Mengetahui Definisi hemofilia
- Mengetahui Etiologi hemofilia
- Mengetahui Tanda dan Gejala Hemofilia
- Mengetahui Patofisiologi hemophilia
- Mengetahui Manifestasi Klinis Hemofilia
- Mengetahui pemeriksaan penunjang Hemofilia
- Mengetahui penatalaksanaan Hemofilia
- Mengetahui asuhan keperawatan Hemofilia
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun
menyusun sistematika penulisan menjadi tiga bab yang terdiri dari bab I , pendahuluan
berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan masala,sistematika
penulisan. Bab II, tinjauan kasus yang
berisi tentang pengertian dari hemofilia,penyebab/etiologi dari hemofilia,
patofisiologis dari hemofila, manifestasi klinis dari hemofilia,pemeriksaan
penunjang dari hemofilia, penatalaksanaan medis dari hemofilia, dan
asuhankeperawataan dari hemofilia. Dan bab III berisi tentang kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit gangguan
pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromoson X. Penyakit ini ditandai
dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan seni yang nyeri dan menahun.
Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya mempunyai
satu kromosom X. Sedang perempuan umumnya menjadi pembawa sifat (carrier).
Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah
dengan wanita carrier hemofilia.
JENIS-JENIS HEMOFILIA
Klasifikasi hemophilia dibedakan atas 3 macam :
- Hemofilia A
Ditandai
karena penderita tidak memiliki zat anti hemofili globulin (factor
VIII).Kira-kira 80 % dari kasus hemophilia adalah tipe ini.Seseorang mampu
membentuk antihemofilia globulin (AHG) dalam serum darahnya karena ia memiliki
gen dominan H sedang alelnya resesif tidak dapat membentuk zat tersebut.Oleh
karena gennya terangkai X maka perempuan normal dapat mempunyai genotif H_.Perempuan
hemophilia mempunyai genotif hh,sedangkan laki-laki hemophilia h
- Hemofilia B atau penyakit “Christmas”
Penderita tidak memiliki komponen plasma tromboplastin
(KPT;faktorIX).Kira-kira 20% dari hemophilia adalah tipe ini
- Hemofilia C
Penyakit hemophilia C tidak disebabkan oleh gen
resesif kromosom X melainkan oleh gen resesif yang jarang dijumpai dan terdapatnya
pada auotosom.Tidak ada 1% dari kasus hemophilia adalah tipe ini.Penderita
tidak mampu membentuk zat plasma,tromboplastin anteseden (PTA).
2.2 ETIOLOGI
1. Faktor
kongenital
Bersifat resesif
autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor pembekuan darah
menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul kebiruan pada kulit atau perdarahan
spontan atau perdarahan yang berlebihan setelah suatu trauma.
2. Faktor didapat Biasanya disebabkan oleh
defisiensi faktor II (protrombin) yang terdapat pada keadaan berikut:
·
Neonatus, karena fungsi
hati belum sempurna sehingga pembekuan faktor darah khususnya faktor II
mengalami gangguan.
·
Defisiensi vitamin K,
hal ini dapat terjadi pada penderita ikterus obstruktif, fistula biliaris,
absorbsi vitamin K dari usus yang tidak sempurna atau karena gangguan
pertumbuhan bakteri usus.
3. Beberapa penyakit seperti sirosis hati,
uremia, sindrom nefrotik dan lain-lain
4. Terdapatnya
zat antikoagulansia (dikumarol, heparin) yang bersifat antagonistik terhadap
protrombin.
5. Disseminated intravascular coagulation
(DIC).
Tanda dan Gejala
·
Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan
kebiru-biruan (pendarahan dibawah kulit)
·
Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka
pendarahan tidak dapat berhenti.
·
Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian
seperti siku tangan maupun lutut kaki sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang
hebat.
·
Perdarahan di kepala. Tanda-tandanya: sakit kepala
hebat, muntah berulang kali, mengantuk terus, bingung, tak dapat mengenali
orang atau benda di sekitarnya, penglihatannya kabur atau ganda, keluar cairan
dari hidung atau telinga, terasa lemah pada tangan, kaki, dan wajah.
·
Perdarahan di tenggorokan. Tanda-tanda: sulit bernapas
atau menelan, bengkak.
·
Perdarahan di perut. Tanda-tanda: muntah darah,
terdapat darah pada feses, sakit perut tak kunjung sembuh, penderita tampak
pucat dan lemah.
·
Perdarahan di paha. Tanda-tanda: nyeri di daerah paha
atau agak ke bawahnya, mati rasa di daerah paha atau tidak mampu mengangkat
kaki.
Bagi mereka
yang memiliki gejala-gejala tersebut, disarankan segera melakukan tes darah
untuk mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya. Pengobatan penderita
hemofilia berupa Recombinant Factor VIII (Hemofilia A)yang diberikan kepada
pasien hemofili berupa suntikan maupun tranfusi.
Hemofilia
adalah penyakit yang tidak populer dan tidak mudah didiagnosis. Karena itulah
para penderita hemofilia diharapkan mengenakan gelang atau kalung penanda
hemofilia dan selalu membawa keterangan medis dirinya. Hal ini terkait dengan
penanganan medis, jika penderita hemofilia terpaksa harus menjalani perawatan
di rumah sakit atau mengalami kecelakaan. Yang paling penting, penderita
hemofilia tidak boleh mendapat suntikan kedalam otot karena bisa menimbulkan
luka atau pendarahan.
2.3 Patofisiologi ?
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah
kongenital karena anak kekurangan factor pembekuan VII (hemofiliaA) atau faktor
IX (hemofilia B atau penyakit Christmas). Keadaan ini adalah penyakit
kongenital yang diturunkan oleh gen resesif X-linked dari pihak ibu. Faktor
VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan komponen yang
diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk
pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat terjadi
bila kosentrasi factor VIII dan IX plasma kurang dari 1%. Hemofilia sedang
terjadi bila kosentrasi plasma antara 1% dan 5%, dan hemofilia ringan terjadi
bila kosentrasi plasma antara 5% dan 25% dari kadar normal. Manifestasi
klinisnya bergantung pada umur anak dan hebatnya defisiensi factor VIII dan IX.
Hemofilia berat ditandai perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah
trauma yang relative ringan. Tempat perdarahan paling umum adalah di dalam
persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha. Otot yang paling
sering terkena adalah fleksor lengan bawah, gastroknemius, dan iliopsoas.
Karena kemajuan dalam bidang pengobatan, hampir semua pasien hemofilia
diperkirakan dapat hidup normal (Betz & Sowden, 2002). Kecacatan dasar dari
hemofilia A adalah defisiensi factor VIII antihemophlic factor (AHF). AHF
diproduksi oleh hati dan merupakan factor utama dalam pembentukan
tromboplastin
pada pembekuan darah tahap I. AHF yang ditemukan dalam darah lebih sedikit,
yang dapat memperberat penyakit. Trombosit yang melekat pada kolagen yang
terbuka dari pembuluh yang cedera, mengkerut dan melepaskan ADP serta faktor 3
trombosit, yang sangat penting untuk mengawali system pembekuan, sehingga
untaian fibrin memendek dan mendekatkan pinggir-pinggir pembuluh darah yang
cedera dan menutup daerah tersebut. Setelah pembekuan terjadi diikuti dengan
sisitem fibrinolitik yang mengandung antitrombin yang merupakan protein yang
mengaktifkan fibrin dan memantau mempertahankan darah dalam keadaan cair.
Penderita hemofilia memiliki dua dari tiga faktor yang dibutuhkan untuk proses
pembekuan darah yaitu pengaruh vaskuler dan trombosit (platelet) yang dapat
memperpanjang periode perdarahan, tetapi tidak pada tingat yang lebih cepat.
Defisiensi faktor VIII dan IX dapat menyebabkan perdarahan yang lama karena
stabilisasi fibrin yang tidak memadai. Masa perdarahan yang memanjang, dengan
adanya defisiensi faktor VIII, merupakan petunjuk terhadap penyakit von
willebrand. Perdarahan pada jaringan dapat terjadi dimana saja, tetapi perdahan
pada sendi dan otot merupakan tipe yang paling sering terjadi pada perdarahan
internal. Perubahan tulang dan kelumpuhan dapat terjadi setelah perdarahan yang
berulang-ulang dalam beberapa tahun. Perdarahan pada leher, mulut atau dada
merupakan hal yang serius, sejak airway mengalami obstruksi. Perdarahan
intracranial merupakan salah satu penyebab terbesar dari kematian. Perdarahan
pada gastrointestinal dapat menunjukkan anemia dan perdarahan pada kavum
retroperitoneal sangat berbahaya karena merupakan ruang yang luas untuk
berkumpulnya darah. Hematoma pada batang otak dapat menyebabkan paralysis
(Wong, 2001). Ganguan pembekuan darah itu dapat terjadi; Gangguan itu dapat
terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari jumlah normal,
bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan darah yang terjadi antara
orang normal(gambar 1) dan penderita hemofilia (gambar 2). Gambar 1 dan Gambar
2 menunjukkan pembuluh darah yang terluka di dalam darah tersebut terdapat
faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan dalam menghentikan perdarahan.
Setiap sel di dalam tubuh memiliki struktur – struktur yang disebut kromosom
(chromosomes). Didalam ilmu kimia, sebuah rantai kromosom yang panjang disebut
DNA. DNA ini disusun kedalam ratusan unit yang di sebut gen yang dapat
menentukan beberapa hal, seperti warna mata seseorang. Setiap sel terdiri dari
46 kromosom yang disusun dalam 23 pasang. Salah satu pasangnya dikenal sebagai
kromosom seks, atau kromosom yang menentukan jenis kelamin manusia. Wanita
memiliki dua kromosom X
dalam satu
pasang, dan pria memiliki satu kromosom X, dan satu kromosom Y dalam satu
pasang.
2.4 Manifestasi klinis
1. Masa bayi (untuk diagnosis)
a. Perdarahan berkepanjangan setelah
sirkumsisi
b. Ekimosis subkutan diatas
tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan)
c. Hematoma besar setelah infeksi
d.
Perdarahan dari mukosa oral
e.
Perdarahan jaringan lunak
2. Episode
perdarahan (selama rentang hidup)
a. Gejala awal, yaitu nyeri
b. Setelah nyeri, yaitu bengkak,
hangat dan penurunan mobilitas
3. Sekuela jangka panjang Perdarahan
berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
2.5 Komplikasi
1. Timbulnya inhibitor. Inhibitor adalah cara
tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai benda asing yang masuk . Hal
ini berarti segera setelah konsentrat faktor diberikan tubuh akan melawan dan
akan menghilangkannya.Suatu inhibitor terjadi jika sistem
kekebalan tubuh
melihat konsentrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing dan
menghancurkannya. Pada penderita hemofilia dengan inhibitor terhadap konsentrat
faktor, reaksi penolaksan mulai terjadi segera setelah darah diinfuskaan. Ini
berarti konsentrat faktor dihancurkan sebelum ia dapat menghentikan pedarahan.
2. Kerusakan sendi akibat perdarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan berulang di
dalam dan di sekitar rongga sendi. Kerusakan yang menetap dapat disebabkan oleh
satu kali perdarahan yang berat (hemarthrosis). Namun secara normal, kerusakan
merupakan akibat dari perdarahan berulang ulang pada sendi yang sama selama
beberapa tahun. Makin sering perdarahan dan makin banyak perdarahan makin besar
kerusakan. Sendi yang paling sering rusak adalah sendi engsel seperti :
1. Lutut
2. Pergelangan kaki
3. Siku Sendi
engsel ini hanya mempunyai sedikit perlindungan terhadap tekanan dari samping.
Akibatnya sering terjadi perdarahan. Sendi peluru yang mempunyai penunjang
lebih baik, jarang terjadi perdarahan seperti :
1. Panggul
2. Bahu Sendi pada pergelangan tangan, tangan
dan kaki kadang – kadang mengalami perdarahan. Namun jarang menimbulkan
kerusakan sendi.
3. Infeksi yang ditularkan oleh darah Dalam 20
tahu terakhir, komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi yang
ditularkan oleh darah. Di seluruh dunia banyak penderita hemofilia yang
tertular HIV, hepatitis B dan hepatitis
C. Mereka terkena infeksi ini dari plasma,
cryopresipitat dan khususnya dari konsentrat factor yang dianggap akan membuat
hidup mereka normal (Betz & Sowden, 2002).
2.6 Pemeriksaan diagnostik
1. Uji skrining untuk koagulasi darah a.
Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000 tombosit per mm3 darah) b. Masa
protombin (normal memerlukan waktu 11-13 detik)
c. Masa tromboplastin parsial (meningkat,
mengukur keadekuatan faktor koagulasi intrinsik)
d. Assays
fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnosis)
e. Masa
pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik)
2. Biopsi hati
(kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi
dan kultur.
3. Uji fungsi faal hati (kadang-kadang)
digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati (misalnya, serum
glutamic-piruvic transaminase [SPGT], serum glutamic-oxaloacetic transaminase
[SGOT], fosfatase alkali, bilirubin). (Betz & Sowden, 2002)
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ayang aliya, anak berusia 7 tahun
sering mengalami memar yang besar dan meluas dan perdarahan ke dalam otot,
sendi, dan jaringan lunak meskipun hanya akibat trauma kecil. Ayang alia
sering merasakan nyeri pada sendi
sebelum tampak adanya pembengkakan dan keterbatasan gerak. Ibunya mengatakan
kadangkala buang air kecil Alia ada darah, dan pernah suatu kali ketika
mencabut gigi (awalnya goyah , kemudian Ibunya langsung mencabut mumpung gigi
susu ), saat itu terjadilah perdarahan yang lumayan hebat. Alia sebelumnnya
sering di rawat dan mendapatkan transfusi darah. Saat ini Alia compos mentis,
tidak mau makan , penurunan berat badan 9 kg. Perilakunya tampak berhati – hati
, gelisah, dan rewel.
A. PENGKAJIAN
1.
Data Demografi
Nama klien :
An.Ayang Alia
Umur :
7 Tahun
Diagnosa
Medik : Hemofilia
Tanggal Masuk :07/12/2011
Alamat :Jl. Jaya rt.007/06 no 60j mekarsari-cimanggis depok
Suku :
batak
Agama :
islam
Pekerjaan :
-
Status perkawinan :
belum menikah
Status pendidikan :
-
2.
Riwayat Penyakit
a.
Keluhan Utama
Klien
mengeluh nyeri pada sendi, memar yang besar, dan emluas dan perdarahan ke dalam
otot, sendi, dan jaringan lunak.
b.
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya memar yang besar, dan emluas dan perdarahan ke dalam
otot, sendi, dan jaringan lunak.
c.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien
mengatakan sudah sering di rawat di rumah sakit dan mendapatkan transfuse
darah.
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam
keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
3.
Keluhan waktu di data
Pada saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan memar yang besar,
dan emluas dan perdarahan ke dalam otot, sendi, dan jaringan lunak.
4.
Pemeriksaan fisik
Aktivitas
Gejala :kelelahan, malaise, ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas
Tanda : kelemahan otot
Gejala :kelelahan, malaise, ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas
Tanda : kelemahan otot
Sirkulasi
Gejala : palpitasi
Gejala : palpitasi
Tanda : Kulit dan membrane mukosa pucat, deficit saraf
serebral/tanda perdarahan serebral
Eliminasi
Gejala : hematuria
Gejala : hematuria
Integritas
ego
Gejala : perasaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda :
depresi menarik diri, ansietas
Nutrisi
Gejala : anoreksia, penurunan BB,
Nyeri
Gejala :nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram
otot
Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
Kemanan
Gejala : riwayat trauma ringan, perdarahan spontan
Tanda : hematoma
DATA FOKUS
Nama klien: an.Alia
Ruangan
: ICU
Data subjektif
|
Data objektif
|
-
Pasien mengatakan sering mengalami memar yang besar dan meluas dan perdarahan
dalam otot, sendi, dan jaringan lunak.
-
Pasien
mengatakan sering merasakan nyeri pada sendi
-
Ibu
klien mengatakan An. Alia kadangkala pada saat buang air kecil ada darah
-
Ibu
klien mengatakan An. Alia pernah mengalami perdarahan hebat pada saat giginya
di cabut
-
Pasien
mengatakan tidak nafsu makan
-
Pasien
mengatakan gelisah terhadap penyakitnya
|
-
TTV :
TD: 80/70
N: 80x/menit
S: 38 c
RR : 26x/menit
-
Kesadaran pasien
compos mentis
-
Sekala nyeri pasien
nomor 8
-
Pasien tampak
perdarahan dalam otot dan sendi
-
Pasien tampak tidak
nafsu makan
-
Porsi makan klien
tidak habis
-
Pasien tampak lesu
-
Pasien tampak tidak
segar
-
Berat badan pasien
turun dari 29-20 kg
-
Pasien tampak rewel
-
Perilakunya tampak
berhati-hati
|
Analisa Data
(berdasarkan kasus)
No
|
Data Focus
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
DS
-
Pasien mengatakan sering mengalami memar yang besar dan meluas dan
perdarahan dalam otot, sendi, dan jaringan lunak.
-
Pasien
mengatakan sering merasakan nyeri pada sendi
-
Ibu
klien mengatakan An. Alia kadangkala pada saat buang air kecil ada darah
DO
-
Sekala nyeri pasien
nomor 8
-
Pasien tampak
perdarahan dalam otot dan sendi
|
Nyeri
|
perdarahan sendi dan kekakuan yang ditimbulkannya
|
2
|
DS
-
Pasien mengatakan sering mengalami memar yang besar dan meluas dan
perdarahan dalam otot, sendi, dan jaringan lunak.
-
Pasien
mengatakan sering merasakan nyeri pada sendi
-
Ibu
klien mengatakan An. Alia pernah mengalami perdarahan hebat pada saat giginya
di cabut
DO
-
Pasien tampak
perdarahan dalam otot dan sendi
-
Pasien tampak lesu
|
Resiko
tinggi injuri
|
kelemahan pertahanan sekunder akibat hemofilia
ditandai dengan seringnya terjadi cidera.
|
3.
|
DS
-
Pasien mengatakan berat badan menurun 9 kg
-
Pasien tidak nafsu makan
-
Pasien mengatakan letih
-
Pasien mengatakan lesu
DO
-
Pasien tampak lesu
-
Pasien tampak tidak segar
-
Berat badan pasien
turun dari 9 kg
-
Porsi makan klien
tidak habis
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
intake
yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat
gizi.
|
4.
|
DS
-
Pasien
mengatakan gelisah terhadap penyakitnya
DO
-
Pasien tampak rewel
-
Perilakunya tampak
berhati-hati
|
Risiko tinggi terhadap gangguan konsep diri
|
kesulitan
beradaptasi pada kondisi kronis
|
Diagnosa
Keperawatan secara teori
a) Nyeri berhubungan dengan perdarahan sendi dan
kekakuan yang ditimbulkannya.
b) Resiko
tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan sekunder akibat hemofilia
ditandai dengan seringnya terjadi cidera.
c) Risiko tinggi terhadap gangguan konsep diri
yang berhubungan dengan kesulitan beradaptasi pada kondisi kronis
Diagnosa
keperawatan berdasarkan kasus
a) Nyeri berhubungan dengan perdarahan sendi dan
kekakuan yang ditimbulkannya.
b) Resiko
tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan sekunder akibat hemofilia
ditandai dengan seringnya terjadi cidera.
c) Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan
metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
d) Risiko
tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan kesulitan
beradaptasi pada kondisi kronis
Intervensi (berdasarkan
kasus)
Tanggal
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharpkan
masalah nyeri teratasi, dengan
kriteria hasil:
·
nyeri akan berkurang
·
Peningkatan kemampuan bertoleransi
dengan gerakan sendi
|
Mandiri :
·
Motivasi klien untuk bergerak perlahan
Rasional : Dengan
bergerak perlahan diharapkan dapat mencegah stress pada sendi yang terkena
·
Lakukan relaksasi dengan menyuruh
klien berendam air hangat
Rasional :
Rendan air hangat dapat mengurangi nyeri
·
Bantu klien menggunakan alat bantu
Rasional : Alat Bantu berguna untuk memindahkan
beban tubuh pada sendi yang nyeri
Kolaborasi
·
Kolaborasi pemberian analgetik oral non opioid
Rasional:
Untuk mengurangi rasa nyeri
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharpkan masalah resiko tinggi injuri teratasi,
dengan kriteria hasil :
·
Injuri dan komplikasi dapat
dihindari atau tidak terjadi
|
Mandiri
·
Awasi setiap gerakan yang
memungkinkan terjadinya cidera.
Rasional:
Pasien hemofilia mempunyai resiko perdarahan spontan tak terkontrol sehingga
diperlukan pengawasan setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cidera.
·
Ajurkan pada orang tua untuk
segera membawa anak ke RS jika terjadi injuri.
Rasional :
Identifikasi dini dan pengobatan dapat membatasi beratnya komplikasi
·
Jelaskan pada orang tua pentingnya
menghindari cidera.
Rasional :
Orang tua dapat mengetahui manfaat dari pencegahan cidera atau resiko
perdarahan dan menghindari injuri dan komplikasi.
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi,
denga kriteria hasil:
·
Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah
dikontrol,
·
Porsi makan klien
habis
·
serum albumin dan protein dalam batas n ormal,
·
BB mendekati seperti sebelum sakit.
|
Mandiri
·
Berikan makanan yang
mudah ditelan mudah cerna
Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan
gastrointestinal.
·
Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Menghindari mual dan muntah
·
Hindari makanan yang
merangsang : pedas, asam.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat
menstimulasi muntah.
·
Beri makanan kesukaan
klien
Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak
6.
Kolaborasi
·
pemberian cairan
parenteral
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral
sangat kurang.
·
Atur antiemetik sesuai order
Rasional: mengurangi muntah
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
masalah gangguan kosep diri teratasi, dengan kriteria hasil:
·
Klien tidak
rewel
·
Klien tidak
gelisah
|
Mandiri
·
Biarkan klien dan keluarga
mengungkapkan perasaan.
Rasional: Mengekpresikan
perasaan membantu memudahkan koping.
·
Tekankan perlunya untuk mendorong
partisipasi pada perkembangan aktivitas normal yang tidak akan menyebabkan
cedera fisik
Rasional : Perkembangan
aktivitas normal membantu meningkatkan harga diri
·
Jelaskan tentang semua tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan yang akan dilakukan
Rasional : Pengetahuan tentang apa yang
diharapkan membantu mengurangi ansietas.
·
Lakukan pendekatan secara tenang dan
beri dorongan untuk bertanya serta berikan informasi yang dibutuhkan dengan
bahasa yang jelas.
Rasional:
Penjelasan yang jelas dan sederhana paling baik untuk dipahami. Istilah medis
dan keperawatn dapat membingungkan klien dan meningkatkan ansietas.
|
Evaluasi
S.O.A.P
Tanggal
|
Masalah
|
S.O.A.P
|
Paraf
& Nama jelas
|
12/03/2012
|
1
|
S =
-
Pasien mengatakan sudah tidak mengalami memar yang besar dan meluas dan
perdarahan dalam otot, sendi, dan jaringan lunak.
-
Pasien
mengatakan sudah tidak merasakan nyeri
pada sendi
-
- Ibu
klien mengatakan An. Alia sudah tidak ada darah pada saat buang air kecil
-
-
O=
-
Sekala nyeri pasien
nomor 1
-
Pasien sudah tidak
ada perdarahan dalam otot dan sendi
A = Masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
|
|
10/03/2012
|
2
|
S =
-
Pasien mengatakan sudah tidak mengalami memar yang besar dan meluas dan
perdarahan dalam otot, sendi, dan jaringan lunak.
-
Pasien
mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada sendi
-
Ibu
klien mengatakan An. Alia sudah tidak mengalami perdarahan hebat
O=
-
Pasien suudah tidak
ada perdarahan dalam otot dan sendi
-
Pasien tampak segar
A= Masalah
teratasi
P=
Intervensi dihentikan
|
|
18/03/2012
|
3
|
S=
-
Pasien mengatakan berat badannya mulai naik 2 kg
-
Pasien mengatakan sudah mulai nafsu makan
O =
-
Pasien tampak segar
-
Berat badan pasien
naik 2 kg
-
Porsi makan klien
habis
A= Masalah teratasi
P= intervensi dihentikan
|
|
18/03/2012
|
4
|
S=
-
Pasien
mengatakan sudah tidak gelisah terhadap penyakitnya
DO
-
Pasien sudah tidak
rewel
-
Pasien tampak lebih
tenang
A= Masalah teratasi
P= Intervensi dihentikan
|
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
Hemofilia merupakan penyakit yang bersifat herediter. Pada penyakit ini terjadi
gangguan pada gen yang mengekspresikan faktor pembekuan darah, sehingga jika
terjadi luka,luka tersebut sukar menutup.
Klasifikasi
hemofilia dibedakan atas 3 macam :
·
Hemofilia A
·
Hemofilia B atau penyakit “Christmas”
·
Hemofilia C
B.
Saran
Dengan riwayat
keluarga ada yang menderita penyakit hemophilia,probabilitas anak tersebut
menderita hemophilia banding anak tersebut normal adalah 50% : 50%. Disarankan
bagi anak tersebut terlebih dahulu menjalankan pemeriksaan kadar faktornya
untuk mengetahui jenis dan tingkat hemophilia.
Jika setelah
melalui tes anak tersebut dinyatakan penderita hemophilia maka anak tersebut
dapat disunat dengan konsekuensi harus menjalani prosedur khusus.Namun jika
ternyata anak tersebut normal maka sircumsisi dapat dengan prosedur
sepertibiasanya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Cecily. L Betz, 2002, Buku Saku Keperawatan
Pediatri, Alih bahasa Jan Tambayong, EGC, Jakarta
·
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah.Vol 3. Edisi 8. Jakarta : EGC.
·
Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Ed 3. EGC. Jakarta: 2000.
·
Suryo. 1986. Genetika Manusia.Gajah Mada
University Press: Yogjakarta Murwani,Arita.
2008. Perawatan Pasien Penyakit Dalam.Mitra Cendikia Press: Yogjakarta
·
Handayani,Wiwik & Sulistyo, Andi
Hariwibowo. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Penerbit Salemba Medika:Jakarta
·
http://kumankecil.blogspot.com/2009/01/askep-hemofilia.html diakses pada tanggal 01 Oktober 2010 07.05
pm
·
http://www.medicastore.com diakses pada tanggal 01 Oktober 2010 07.30
pm http://www.hemofilia.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar