BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Flu
burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan oleh
virus influenza A subtype H5N1 (H=hemagglutinin; N=neuraminidase) yang pada umumnya
menyerang unggas (burung dana yam).Pada buku ini yang dibahas adalah flu burung
yang disebabkan oleh virus influenza Asubtipe H5N1 pada manusia. Pada tahun 1997 infeksi Flu
burung telah menular dari unggas ke manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3
kali outbreak infeksi virus influenza A subtype H5N1. Flu burung pada manusia
pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang
diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun 2003 ditemukan
2 orang pasien dengan 1 orang meninggal.
Virus
ini kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003 sampai sekarang. Berdasarkan
hal tersebut di atas maka disimpulkan bahwa AI selain menyerang unggas dapat juga
menyerang manusia. Di Indonesia, virus ini menyerang ternak ayam sejak Oktober
2003 sampai Februari 2004 dan dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati namun belum
menyerang manusia.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan
RI tanggal 26 November 2006 di Indonesia terdapat 74 Kasus konfirmasi dan 56
orang diantaranya meninggal ( CFR 75,7%). Berdasarkan kajian pakar Virus H5N1 merupakan salah satu
virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi influenza yang diperkirakan dapat
menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan juta manusia di dunia selama masa pandemi.
Sampai saat ini Indonesia telah masuk dalam fase 3 atau waspada pandemic yaitu ada
infeksi dari unggas kemanusia sedang kan penularan dari manusia kemanusia tidak
ada atau penularan yang sangat terbatas hanya pada kontak erat. Departemen Kesehatan
RI bersama profesi-profesi terkait (PDPI, PAPDI, , IDAI, IDSAI, PDS PATKLIN,
dan PAMKI serta PPNI).
Menyusun Pedoman Penatalaksanaan
Flu Burung di Rumah Sakit agar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien flu burung.
1.2
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Sebagai
acuan tatalaksanaan flu burung di Rumah Sakit dalam rangka meminimalkan kesakitan,
kematian dan penyebarannya.
2.
Tujuan Khusus
·
Memberi informasi tentang pengertian umum flu
burung dan cara penularannya.
·
Memberi petunjuk penegakan diagnosis di Rumah Sakit.
·
Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu
burung di Rumah Sakit.
·
Memberi petunjuk pemulangan pasien flu burung
yang dirawat dan tindak lanjutnya (follow-up).
·
Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu
burung yang meninggal dunia.
1.3 RUANG
LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan sebagai tersebut di pedoman ini adalah pelayanan
di Rumah Sakit.
1.4
DASAR HUKUM
·
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
·
Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3273).
·
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495).
·
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3447).
·
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia, sebagai mana telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 62 Tahun 2005.
·
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989
tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian
Laporandan Tata Cara Penanggulangannya.
·
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005
tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung.
·
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Flu Burung
Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya.
·
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1643/Menkes/SK/XII/2005 tentang Tim
Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung
·
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
756/Menkes/SK/IX/2006 tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung.
1.5 RUMUAN MASALAH
1)
Apa pengertian flu burung?
2)
Apa saja penyebab flu burung?
3)
Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien maupun unggas yang terkena flu
burung?
4)
Bagaimana proses perjalanan flu burung ?
5)
Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan?
6)
Bagaimana cara pencegahan flu burung ?
7)
Bagaimana cara penularan flu burung ?
8)
Bagaimana mengetahui derajat penyakit dari flu
burung?
9)
Bagaimana cara mengatasi dengan pengobatan flu
burung?
10)
Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien flu
burung?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Flu
burung adalah suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh virus influenza yang
di tularkan oleh unggas dan dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit
ini antara lain avian influenza.
B.
ETIOLOGI
Virus influenza tipeA merupakan anggota keluarga orthomyxoviridae.
Padapermukaan virus tipeA, ada 2 glikoprotein, yaitu hemagglutinin (H) dan
neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai
N9). Virus influenza pada unggas mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air
sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00 C.
Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit, dapat hidup lama, tetapi
mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit, 560 C selama 3
jam dan pemanasan 800 C selama 1 menit. Virus
akanmatidengandeterjen, desinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung
iodin atau alkohol 70%. Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus
penyebab pandemi.
C.
TANDA DAN GEJALA
a) Masa Inkubasi
Pada Unggas : 1
minggu
Pada Manusia :
1 – 7 hari (rata-rata 3 hari.)
Masa infeksi 1 hari sebelum, sampai 3 - 5 hari sesudah timbul
gejala, pada anak sampai 21 hari.
b) Gejala flu burung pada unggas dan manusia :
1) Gejala pada unggas
·
Jengger berwarna biru
·
Pendarahan merata pada kaki yang
berupa bintik-bintik merah atau sering terdapat borok di kaki yang disebut
dengan ”kaki kerokan”.
·
Adanya cairan pada mata dan hidung
sehingga terjadi gangguan pernapasan
·
Keluar cairan jernih sampai kental
dari rongga mulut
·
Diare
·
Haus berlebihan dan cangkang telur
lembek
·
Kematian mendadak dan sangat tinggi
jumlahnya mendekati 100% dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu
2) Gejala pada manusia
Gambaran klinis pada manusia yang terinfeksi flu burung
menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa. Diawali dengan demam, nyeri otot,
sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala dan pilek. Dalam perkembangannya kondisi
tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera ditolong, korban bisa
meninggal karena berbagai komplikasi misalnya terjadinya gagal napas karena
pneumonia dan gangguan fungsi tubuh lainnya karena sepsis.
D.
PATOFISIOLOGI
Flu
burung
![]() |



Tahap 1
sistem imune annate akan hambat replikasi virus

Menyebabkan
gejala seperti demam, malaise

Terjadi
pneumonia intertitial
![]() |
ARDS (
acute respiratory distreas sindrome )
![]() |

Hipoksia
![]() |

Penderita
dapat meninggal
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a)
Pemeriksaan Laboratorium
Setiap
pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah
rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum,
aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi diagnostik.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
·
Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase
Chain Reaction) untuk H5N1.
·
Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe
H5N1.
·
Uji Serologi :
a.
Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi
netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen
akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi
netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
b.
Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80
pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset
penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah
merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
Pemeriksaan lain dilakukan untuk
tujuan mengarahkan diagnostik ke arah kemungkinan flu burung dan menentukan
berat ringannya derajat penyakit. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
·
Pemeriksaan Hematologi :
Hemoglobin,
leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan
leukopeni, limfositopeni dan trombosit openi.
·
Pemeriksaan Kimia darah :
Albumin,
Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah.
Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan
ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat
normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit
dan komplikasi yang ditemukan.
b)
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan
foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung.
Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan
gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah
diagnostik dini.
c)
Pemeriksaan Post Mortem
Pada
pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan
untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi),
specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
F.
CARA PENCEGAHAN
·
Hindarilah terpapar/terkena cairan
yang ada pada paruh, hidung dan mata unggas yang sakit.
·
Anak-anak mudah tertular flu burung.
Jauhkan dan jangan dibiarkan bermain dengan unggas, telur, bulu unggas, dan
lingkungan yang tercemar kotoran unggas.
·
Buang dan timbunlah dengan tanah,
kotoran unggas yang ada disekitar rumah.J
·
Jangan memegang unggas yang mati mendadak
tanpa sarung tangan, penutup hidung/mulut,sepatu/penutup kaki. Sebaiknya segera
kubur unggas itu.
·
Cuci daging dan telur unggas sebelum
dimasak atau disimpan di kulkas.
·
Masaklah daging dan telur unggas
sampai matang sebelum dimakan. Virus flu burung bisa menular melalui telur atau
daging unggas yang tidak dimasak sampai matang.
·
Jangan mengkonsumsi daging unggas
yang terkena flu burung.
·
Bangkai unggas jangan dijual/dimakan.
Segera kubur agar penyakitnya tidak menular ke unggas lain, anda sendiri,
keluarga dan tetangga serta masyarakat luas.
·
Jauhkan kandang unggas dari rumah
tinggal. Kandangkan unggas dalam kurungan agar tidak tertular penyakit dari
unggas lain.
·
Pakai penutup hidung/masker dan
kacamata renang (goggle) jika berada dipeternakan ayam atau unggas berkumpul.
·
Cuci tangan dengan sabun setelah
memegang unggas atau telur. Mandi dan cuci pakaian setelah mengubur unggas
mati.
·
Bila ada yang merasa terkena flu,
badan panas, pusing, sesak napas setelah ada unggas mati mendadak, segera pergi
ke Puskesmas atau dokter. Jangan sampai terlambat.
G.
CARA
PENULARAN
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui
:
·
Binatang
Kontak
langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau produk unggas yang
sakit.
·
Lingkungan
Udara
atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau
secret unggas yang terserang Flu Burung.
·
Manusia
Sangat
terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster).
·
Makanan
Mengkonsumsi
produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang
dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1 dalam
satu bulan terakhir.
H.
DERAJAT PENYAKIT
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu
burung dapat dikategorikan menjadi :
·
Derajat 1 : Pasien tanpa pneumonia
·
Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan tanpa
gagal napas
·
Derajat 3 : pasien dengan pneumonia berat dan
gagal napas
·
Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat dan
ARDS atau dengan kegagalan organ ganda (multiple organ failure).
I.
PENATALAKSANAAN MEDIS
a)
Antiviral
diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) :
o Dewasa
atau anak ≥ 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari selama 5 hari.
o Anak
> 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari selama 5 hari.
o Dosis
oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sbb :
>
40 kg : 75 mg 2x/hari
> 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari
> 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari
≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari
·
Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek
teratogenik dan gangguan fertilitas pada penggunaan oseltamivir. Saat ini belum
tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadi malformasi atau kematian
janin pada ibu yang mengkonsumsi oseltamivir. Karena itu penggunaan oseltamivir
pada wanita hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih besar dari
potensi risiko pada janin.
b)
Profilaksis
Profilaksis
1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi terpajan sampai 7-10 hari dari
pajanan terakhir. Penggunaan profilaksis jangka panjang dapat diberikan
maksimal hingga 6-8 minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.
c)
Pengobatan lain
·
Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman dan
atipikal (lihat lampiran 2 petunjuk penggunaan antibiotik).
·
Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada
pneumonia berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap
obat-obat vasopresor.
·
Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin,
dan makanan bergizi.
·
Rawat di ICU sesuai indikasi.
J.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Pasien
(Meliputi
nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab).
2.
Riwayat
kesehatan sekarang
·
Demam
·
Sesak napas
·
Batuk
·
Pilek
·
Sakit tenggorokan
·
Diare
3.
Riwayat
kesehatan masa lalu
·
Riwayat pernah sakit paru
·
Riwayat sakit lain
4.
Riwayat
kesehatan keluarga
·
Riwayat sakit turunan
·
Riwayat sakit yang sama dengan pasien
·
Riwayat sakit paru dalam keluarga
·
Genogram
5.
Riwayat
perjalanan
Dalam
waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :
·
Melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat
tinggal di wilayahyang terjangkit flu
burung
·
Mengkonsumsi unggas sakit
·
Kontak dengan unggas / orang yang positif flu
burung
6.
Kondisi
lingkungan rumah
·
Dekat dengan pemeliharaan unggas
·
Memelihara unggas
7.
Kebiasaan
sehari-hari (aktivitas)
·
Waktu bekerja
·
Jenis pekerjaan
·
Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan kegiatan)
8.
Pemeriksaan
fisik
·
Status neurologi
a)
Tingkat kesadaran ( CM - Somnolent - Apatis
- Sopor )
·
Glasgow Coma Scale (GCS)
a)
Eye ( Motorik - Verbal )
·
Status respirasi
a)
Jalan Napas
b)
Pernapasan
c)
Frekuensi Pernapasan
d)
Irama Napas
e)
Jenis Pernapasan
f)
Batuk
g)
Sputum
h)
Konsistensi
i)
Suara Napas
j)
Palpasi Dada
k)
Perkusi
Dada
l)
Nyeri saat bernapas
m)
Menggunakan alat bantu pernapasan
·
Status kardiovaskuler
a)
Nadi
b)
Irama
c)
Denyut
d)
Tekanan darah
e)
Distensi vena jugularis
f)
Warna kulit
g)
Pengisian kapiler
h)
Kelainan bunyi jantung
i)
Sakit dada
·
Gastrointestinal
a)
Keadaan mulut
b)
Gigi
c)
Stomatitis
d)
Lidah kotor
e)
Saliva
f)
Muntah
g)
Nyeri daerah perut
h)
Bising Usus
i)
Diare
j)
Konstipasi
·
Ekstremitas
a)
Kesulitan dalam pergerakan :
b)
Keadaan tonus otot :
c)
Kekuatan otot :
·
Pemeriksaan penunjang
a)
Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia
darah, serologi, PCR, Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan anti HIV,
kultur, BTA.
b)
Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan
·
Terapi pengobatan
(Terapi
yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan dokter)
·
Riwayat psikososial dan spiritual
a)
Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
b)
Persepsi terhadap penyakit
c)
Masalah yang mempengaruhi pasien
d)
Mekanisme koping
e)
Sistem nilai kepercayaan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN FLU BURUNG
no
|
Diagnosis
keperawatan
|
Tujuan
dan kriteria hasil
|
Intervensi
keperawatan
|
rasional
|
1
|
Bersihan jalan napas
tidak
efektif b.d peningkatan
produksi sputum,
penurunan
energi, kelemahan
DS :
DO :
o Ronki
o Mengi
o Jalan napas terdapat
sekret
o Bunyi napas tidak
normal
: …..
o Frekuensi napas :
…x/menit
|
Jalan napas kembali
efektif
dengan kriteria hasil :
o Frekuensi napas dalam
batas
normal (16–20 x/mnt)
o Bunyi napas vesikuler
o Bernapas tidak
menggunakan
alat bantu napas
o Tidak ada dispnea dan
sianosis
|
• Kaji frekuensi / kedalaman
pernapasan &
gerakan dada
• Auskultasi area paru, catat
adanya ronki, mengi,
dan
krekels.
• Observasi & catat batuk
yang berlebihan,
peningkatan frekusensi
napas, sekret yang
berlebihan.
• Penghisapan sesuai dengan
Indikasi
• Berikan cairan sedikitnya
2500 ml/ hari
• Bantu mengawasi efek
penggunaan nebulizer.
• Berikan obat sesuai indikasi:
Mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik.
|
• Takipnea, pernapasan
dangkal dan gerakan
dada tidak simetris
karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada.
• Penurunan aliran udara
terjadi pada area
konsolidasi dengan
cairan
• Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan napas
secara alami
• Merangsang batuk atau
pembersihan secara
alami
• Cairan yang hangat
memobilisasi dan
mengeluarkan secret
• Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan secret
• Obat untuk menurunkan
spasme bronkus dengan
mobilisasi sekret
|
2
|
Gangguan pertukaran gas
b.d perubahan membran
alveolar, gangguan
kapasitas
pembawa O2 darah,
gangguan pengiriman O2
|
Menunjukkan perbaikan
ventilasi
dengan kriteria hasil :
o Oksigenasi jaringan
dengan
AGD dalam rentang
normal
o Tak ada distress
pernafasan
|
• Kaji frekuensi, kedalaman
dan kemudahan bernapas
• Observasi warna kulit,
membran mukosa dan
kuku,
catat adanya sianosis
• Awasi suhu tubuh, bantu
tindakan kenyamanan
untuk
menurunkan demam
• Observasi penyimpangan
kondisi, catat
hipotensi,
banyaknya jumlah
sputum,
perubahan tingkat
kesadaran.
• Berikan terapi O2 dengan
Benar
• Awasi AGD dan Saturasi
Oksigen dengan pulse
oksimeter
|
• Manifestasi distress
pernapasan tergantung
pada derajat
keterlibatan
paru dan status
kesehatan umum
• Sianosis kuku menunjukkan
vasokonstriksi,
sianosis membran
mukosa menunjukkan
hipoksemia sistemik
• Demam tinggi sangat
meningkatkan
kebutuhan metabolik
dan O2
• Syok dan edema paru
adalah penyebab umum
kematian pada
pneumonia
• Mempertahankan PaO2
diatas 60 mmHg
• Mengevaluasi proses
penyakit dan memudahkan
terapi paru
|
3
|
Resiko tinggi penularan
infeksi b.d proses
penyakit
|
Pencegahan penularan
infeksi
dengan kriteria hasil :
o Tidak terdapat tanda
– tanda
penularan infeksi dari
pasien
ke pasien lain,
keluarga dan
petugas kesehatan.
o Mencapai waktu
perbaikan
infeksi berulang tanpa
komplikasi
|
• Pantau ketat tanda-tanda
vital, khususnya pada awal
terapi
• Anjurkan pasien
memperhatikan pengeluaran
sputum dan melaporkan
perubahan warna, jumlah
dan bau sputum
• Cegah penyebaran infeksi
dari pasien lain, keluarga
dan petugas kesehatan
dengan mencuci tangan
secara konsisten sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien serta menggunakan
APD
• Kolaborasi pemberian anti
mikrobakterial
|
• Selama periode waktu ini
potensial komplikasi
fatal
dapat terjadi
• Perubahan karakteristik
sputum menunjukan
perbaikan pneumonia
atau terjadinya infeksi
skunder
• Organisme yang mudah
menular dapat
ditularkan
melalui kontak
langsung.
Teknik mencuci tangan
penting dalam
mengurangi transian
lapisan luar kulit dan
menurunkan penyebaran
/ tambahan infeksi
• Obat ini digunakan untuk
membunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia
|
4
|
Intoleran aktifitas b.d
kelemahan, ketidak
seimbangan antara
suplai
dan kebutuhan O2
|
Peningkatan aktifitas
dengan
kriteria hasil:
o Menunjukan
peningkatan
toleransi terhadap
aktivitas
o Tanda vital dalam
rentang
normal
|
• Evaluasi respon pasien
terhadap aktivitas,
catat
laporan dispnea,
peningkatan kelemahan
• Berikan lingkungan tenang
dan batasi pengunjung
selama fase akut sesuai
indikasi
• Bantu pasien memilih posisi
nyaman untuk istirahat/
tidur
• Bantu perawatan diri yang
tidak dapat dilakukan
pasien
|
• Menetapkan kemampuan
/ kebutuhan pasien
• Menurunkan stress dan
rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat
• Tirah baring dipertahan
kan untuk menurunkan
kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk
penyembuhan
• Meminimalkan kelelahan
dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan O2
|
5
|
Nyeri b.d inflamasi
parenkim paru, batuk
menetap
|
Nyeri terkontrol dengan
kriteria
hasil:
o Menyatakan nyeri
hilang atau
terkontrol
o Menunjukan rileks,
peningkatan
aktifitas dengan tepat
|
• Tentukan karakteristik nyeri
misalnya tajam,
konstan,
ditusuk. Selidiki
perubahan
karakter/ lokasi /
intensitas
nyeri
• Pantau tanda-tanda vital
• Kolaborasi pemberian
analgesik dan antitusif
|
• Nyeri dada biasanya ada
dalam beberapa derajat
pada pneumonia
• Perubahan frekuensi
jantung/TD menunjukan
bahwa pasien mengalami
nyeri
• Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk
nonproduktif atau
menurunkan mukosa
berlebihan,
meningkatkan
kenyamanan
|
6
|
Gangguan pemenuhan
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d peningkatan
kebutuhan metabolik
sekunder, anoreksia,
distensi abdomen
|
Kebutuhan nutrisi
pasien
terpenuhi selama
perawatan
dengan kriteria hasil:
o Menunjukan
peningkatan berat
badan
o Menunjukan
peningkatan nafsu
makan
o Makan habis 1 porsi
o Tidak ada mual muntah
|
• Auskultasi bising usus
• Berikan makanan porsi kecil
dengan frekuensi sering
• Sajikan makanan dalam
keadaan hangat
• Berikan perawatan mulut
• Timbang berat badan setiap
hari
|
• Bising usus mungkin
menurun bila proses
infeksi berat
• Meningkatkan masukan
meskipun nafsu makan
lambat untuk kembali
• Mengurangi rasa mual
• Menghilang rasa tidak
enak dan bau mulut
• Mengetahui
perkembanganm status
nutrisi
|
7
|
Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan
berlebihan
b.d kehilangan cairan
berlebihan (demam,
berkeringat banyak,
muntah, hiperventilasi)
|
Kebutuhan volume cairan
tubuh
terpenuhi dengan
kriteria hasil:
o Membran mukosa lembab
o Turgor kulit baik
o Pengisian kapiler
kurang dari 3
detik
o Tanda-tanda vital
stabil
|
• Kaji tanda-tanda vital setiap
4 jam
• Kaji turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa (bibir dan
lidah)
• Kaji adanya mual/muntah
• Tingkatkan pemasukan
cairan minimal 2500 ml/
sesuai kondisi pasien
• Pantau intake dan output
cairan
|
• Peningkatan suhu atau
demam meningkatkan
laju metabolik melalui
evaporasi
• Merupakan indikator
langsung keadekuatan
volume cairan
• Adanya gejala ini
menurunkan masukan
oral
• Menurunkan resiko
dehidrasi
|
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
Flu burung (avian
influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influensa
yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa terdiri dari beberapa tipe, antara
lain tipe A, tipe B dan tipe C. Influensa tipe A terdiri dari beberapa strain,
antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain. Influensa A (H5N1) merupakan
penyebab wabah flu burung di Hongkong, Vietnam, Thailand, dan Jepang. Di
Vietnam dan Thailand juga menyerang pada manusia dengan delapan kasus
diantaranya meninggal.
KRITIK
DAN SARAN
Kami sadar atas keterbatasan
pengetahuan kami. Untuk itu besar harapan bagi kami atas kritik dan saran dari
pembaca guna perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
( Fluburung.pdf )
2.
Aditama TG. Flu Burung di Manusia
Edisi 2. UI Press. Jakarta 2006.
3.
Departemen Kesehatan, SK Menkes
1371/Menkes/ SK/IX/2005 tentang Pedoman Penanggulangan Flu Burung (Avian
Influenza) Pada Manusia.
4.
World Health Organization (WHO), “WHO Current Phase of Pandemic Alert”, http://www.who.gov
diakses pada tanggal 6 Januari 2007
5.
Department of Health and Human
Services Centers for Disease Control and Prevention, “CDC Recommends against the Use of Amantadine and Rimantadine for
the Treatment or Prophylaxis of Influenza in the United States during the
2005–06 Influenza Season”, http://www.cdc.gov/flu/diakses pada tanggal 9
Agustus 2006.
6.
Department of Health and Human
Services Centers for Disease Control and Prevention, http://www.cdc.gov/flu/ diakses pada tanggal 30 Juni 2006
7.
World Health Organization (WHO), http://www.who.gov/guidelines for investigation of human cases
of avian influenza A (H5N1),diakses pada tanggal 20 Januari 2007.
8.
Pusat Informasi Penyakit Infeksi “Flu
Burung (Standar Prosedur); Prosedur Tetap Penanganan Penderita Flu Burung di
RSPI – Prof Sulianti Saroso”, 2006
9.
Surat Edaran Dirjen Pengendalian
Penyakiit dan Penyehataan Lingkungan tentang Definisi Kasus Flu Burung. Januari
2007
10. Pusat Penanggulangan Krisis, Departemen Kesehatan, “3 kasus baru
pasien flu burung, 2 orang meninggal” http://www.ppk.depkes.goi.id/ diakses
tanggal 20 Februari 2007.
11. Kandun IN, Wibisono H, Sedyaningsih ER, Yusharmen, Purba W et al.
Three Indonesian Clusters of H5N1 Virus Infection in 2005. N Engl J Med 2006;
355: 2186-2194.
12. Kate Farthing,PharmD, BCPS, et al, Drug Facts and Comparisons,
Pocket Version 2007, Wolters Kluwer Health, Missouri, USA, 2007, halaman
1054-1058.
13. The Writing Commitee of the World Health Organization (WHO) Consultation
on Human Influenza A/H5. Avian Influenza A (H5N1) Infections in Humans. N
Engl J Med 2005 halaman 353, 1374-1385.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar