Sabtu, 12 Oktober 2013

Sistem Respirasi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Flu burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A subtype H5N1 (H=hemagglutinin; N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dana yam).Pada buku ini yang dibahas adalah flu burung yang disebabkan oleh virus influenza Asubtipe  H5N1 pada manusia. Pada tahun 1997 infeksi Flu burung telah menular dari unggas ke manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus influenza A subtype H5N1. Flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun 2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal.
Virus ini kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003 sampai sekarang. Berdasarkan hal tersebut di atas maka disimpulkan bahwa AI selain menyerang unggas dapat juga menyerang manusia. Di Indonesia, virus ini menyerang ternak ayam sejak Oktober 2003 sampai Februari 2004 dan dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati namun belum menyerang manusia.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI tanggal 26 November 2006 di Indonesia terdapat 74 Kasus konfirmasi dan 56 orang diantaranya meninggal ( CFR 75,7%). Berdasarkan kajian pakar             Virus H5N1 merupakan salah satu virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi influenza yang diperkirakan dapat menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan juta manusia di dunia selama masa pandemi. Sampai saat ini Indonesia telah masuk dalam fase 3 atau waspada pandemic yaitu ada infeksi dari unggas kemanusia sedang kan penularan dari manusia kemanusia tidak ada atau penularan yang sangat terbatas hanya pada kontak erat. Departemen Kesehatan RI bersama profesi-profesi terkait (PDPI, PAPDI, , IDAI, IDSAI, PDS PATKLIN, dan PAMKI serta PPNI).
Menyusun Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit agar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien flu burung.

1.2 TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Sebagai acuan tatalaksanaan flu burung di Rumah Sakit dalam rangka meminimalkan kesakitan, kematian dan penyebarannya.
2.      Tujuan Khusus
·         Memberi informasi tentang pengertian umum flu burung dan cara penularannya.
·         Memberi petunjuk penegakan diagnosis di Rumah Sakit.
·         Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung di Rumah Sakit.
·         Memberi petunjuk pemulangan pasien flu burung yang dirawat dan tindak lanjutnya (follow-up).
·         Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung yang meninggal dunia.

1.3  RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan sebagai tersebut di pedoman ini adalah pelayanan di Rumah Sakit.

1.4 DASAR HUKUM
·         Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
·         Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).
·         Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495).
·         Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447).
·         Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagai mana telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.
·         Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporandan Tata Cara Penanggulangannya.
·         Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung.
·         Keputusan Menteri Kesehatan Nomor  1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Flu Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya.
·         Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1643/Menkes/SK/XII/2005 tentang Tim Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung
·         Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 756/Menkes/SK/IX/2006 tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung.

1.5 RUMUAN MASALAH
1)      Apa pengertian flu burung?
2)      Apa saja penyebab flu burung?
3)      Apa saja tanda dan gejala yang  timbul pada pasien maupun unggas yang terkena flu burung?
4)      Bagaimana proses perjalanan flu burung ?
5)      Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan?
6)      Bagaimana cara pencegahan flu burung ?
7)      Bagaimana cara penularan flu burung ?
8)      Bagaimana mengetahui derajat penyakit dari flu burung?
9)      Bagaimana cara mengatasi dengan pengobatan flu burung?
10)  Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien flu burung?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     DEFINISI
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh virus influenza yang di tularkan oleh unggas dan dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza.

B.      ETIOLOGI
Virus influenza tipeA merupakan anggota keluarga orthomyxoviridae. Padapermukaan virus tipeA, ada 2 glikoprotein, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada unggas mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00 C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit, dapat hidup lama, tetapi mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit, 560 C selama 3 jam dan pemanasan 800 C selama 1 menit. Virus akanmatidengandeterjen, desinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin atau alkohol 70%. Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab pandemi.

C.      TANDA DAN GEJALA
a)      Masa Inkubasi
Pada Unggas               : 1 minggu
Pada Manusia                         : 1 – 7 hari (rata-rata 3 hari.)
Masa infeksi 1 hari sebelum, sampai 3 - 5 hari sesudah timbul gejala, pada anak sampai 21 hari.
b)      Gejala flu burung pada unggas dan manusia :
1)      Gejala pada unggas
·         Jengger berwarna biru
·         Pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah atau sering terdapat borok di kaki yang disebut dengan ”kaki kerokan”.
·         Adanya cairan pada mata dan hidung sehingga terjadi gangguan pernapasan
·         Keluar cairan jernih sampai kental dari rongga mulut
·         Diare
·         Haus berlebihan dan cangkang telur lembek
·         Kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati 100% dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu

2)      Gejala pada manusia
Gambaran klinis pada manusia yang terinfeksi flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa. Diawali dengan demam, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala dan pilek. Dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera ditolong, korban bisa meninggal karena berbagai komplikasi misalnya terjadinya gagal napas karena pneumonia dan gangguan fungsi tubuh lainnya karena sepsis.

D.     PATOFISIOLOGI

Flu burung


 
H5N1 (kotoran unggas , umggas terinfeksi)

Manusia ( pekerja peternakan )

Infeksi firus pada sel epitel / nafasan

Tahap 1 sistem imune annate akan hambat replikasi virus
Replikasi virus akan merangsang pembentukan proinflamatori

Menyebabkan gejala seperti demam, malaise
 

Terjadi pneumonia intertitial


 
ARDS ( acute respiratory distreas sindrome )


 
Divusi oksigen terganggu

Hipoksia


 
Akibatkan merusak organ lain

Penderita dapat meninggal

E.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a)      Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi diagnostik. Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
·         Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5N1.
·         Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
·         Uji Serologi :
a.      Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
b.      Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
Pemeriksaan lain dilakukan untuk tujuan mengarahkan diagnostik ke arah kemungkinan flu burung dan menentukan berat ringannya derajat penyakit. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
·         Pemeriksaan Hematologi :
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombosit openi.
·         Pemeriksaan Kimia darah :
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

b)     Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.

c)      Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

F.       CARA PENCEGAHAN
·         Hindarilah terpapar/terkena cairan yang ada pada paruh, hidung dan mata unggas yang sakit.
·         Anak-anak mudah tertular flu burung. Jauhkan dan jangan dibiarkan bermain dengan unggas, telur, bulu unggas, dan lingkungan yang tercemar kotoran unggas.
·         Buang dan timbunlah dengan tanah, kotoran unggas yang ada disekitar rumah.J
·         Jangan memegang unggas yang mati mendadak tanpa sarung tangan, penutup hidung/mulut,sepatu/penutup kaki. Sebaiknya segera kubur unggas itu.
·         Cuci daging dan telur unggas sebelum dimasak atau disimpan di kulkas.
·         Masaklah daging dan telur unggas sampai matang sebelum dimakan. Virus flu burung bisa menular melalui telur atau daging unggas yang tidak dimasak sampai matang.
·         Jangan mengkonsumsi daging unggas yang terkena flu burung.
·         Bangkai unggas jangan dijual/dimakan. Segera kubur agar penyakitnya tidak menular ke unggas lain, anda sendiri, keluarga dan tetangga serta masyarakat luas.
·         Jauhkan kandang unggas dari rumah tinggal. Kandangkan unggas dalam kurungan agar tidak tertular penyakit dari unggas lain.
·         Pakai penutup hidung/masker dan kacamata renang (goggle) jika berada dipeternakan ayam atau unggas berkumpul.
·         Cuci tangan dengan sabun setelah memegang unggas atau telur. Mandi dan cuci pakaian setelah mengubur unggas mati.
·         Bila ada yang merasa terkena flu, badan panas, pusing, sesak napas setelah ada unggas mati mendadak, segera pergi ke Puskesmas atau dokter. Jangan sampai terlambat.

G.     CARA PENULARAN
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
·         Binatang
Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau produk unggas yang sakit.
·         Lingkungan
Udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau secret unggas yang terserang Flu Burung.
·         Manusia
Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster).
·         Makanan
Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1 dalam satu bulan terakhir.

H.     DERAJAT PENYAKIT
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu burung dapat dikategorikan menjadi :
·         Derajat 1 : Pasien tanpa pneumonia
·         Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan tanpa gagal napas
·         Derajat 3 : pasien dengan pneumonia berat dan gagal napas
·         Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat dan ARDS atau dengan kegagalan organ ganda (multiple organ failure).

I.        PENATALAKSANAAN MEDIS
a)      Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) :
o   Dewasa atau anak ≥ 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari selama 5 hari.
o   Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari selama 5 hari.
o   Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sbb :
> 40 kg : 75 mg 2x/hari
> 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari
> 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari
≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari
·         Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan gangguan fertilitas pada penggunaan oseltamivir. Saat ini belum tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadi malformasi atau kematian janin pada ibu yang mengkonsumsi oseltamivir. Karena itu penggunaan oseltamivir pada wanita hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih besar dari potensi risiko pada janin.

b)     Profilaksis
Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi terpajan sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir. Penggunaan profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 6-8 minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.

c)      Pengobatan lain
·         Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman dan atipikal (lihat lampiran 2 petunjuk penggunaan antibiotik).
·         Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada pneumonia berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap obat-obat vasopresor.
·         Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan bergizi.
·         Rawat di ICU sesuai indikasi.

J.        ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.      Identitas Pasien
(Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab).
2.      Riwayat kesehatan sekarang
·         Demam
·         Sesak napas
·         Batuk
·         Pilek
·         Sakit tenggorokan
·         Diare
3.      Riwayat kesehatan masa lalu
·         Riwayat pernah sakit paru
·         Riwayat sakit lain
4.      Riwayat kesehatan keluarga
·         Riwayat sakit turunan
·         Riwayat sakit yang sama dengan pasien
·         Riwayat sakit paru dalam keluarga
·         Genogram
5.      Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :
·         Melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di wilayahyang  terjangkit flu burung
·         Mengkonsumsi unggas sakit
·         Kontak dengan unggas / orang yang positif flu burung
6.      Kondisi lingkungan rumah
·         Dekat dengan pemeliharaan unggas
·         Memelihara unggas
7.      Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)
·         Waktu bekerja
·         Jenis pekerjaan
·         Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan)
8.      Pemeriksaan fisik
·         Status neurologi
a)      Tingkat kesadaran ( CM - Somnolent - Apatis -  Sopor )
·         Glasgow Coma Scale (GCS)
a)      Eye ( Motorik - Verbal )
·         Status respirasi
a)      Jalan Napas
b)      Pernapasan
c)      Frekuensi Pernapasan
d)      Irama Napas
e)      Jenis Pernapasan
f)       Batuk
g)      Sputum
h)      Konsistensi
i)        Suara Napas
j)        Palpasi Dada
k)       Perkusi Dada
l)        Nyeri saat bernapas
m)   Menggunakan alat bantu pernapasan
·         Status kardiovaskuler
a)      Nadi
b)      Irama
c)      Denyut
d)      Tekanan darah
e)      Distensi vena jugularis
f)       Warna kulit
g)      Pengisian kapiler
h)      Kelainan bunyi jantung
i)        Sakit dada
·         Gastrointestinal
a)      Keadaan mulut
b)      Gigi
c)      Stomatitis
d)      Lidah kotor
e)      Saliva
f)       Muntah
g)      Nyeri daerah perut
h)      Bising Usus
i)        Diare
j)        Konstipasi
·         Ekstremitas
a)      Kesulitan dalam pergerakan :
b)      Keadaan tonus otot :
c)      Kekuatan otot :
·         Pemeriksaan penunjang
a)      Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah, serologi, PCR, Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan anti HIV, kultur, BTA.
b)      Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan
·         Terapi pengobatan
(Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan dokter)
·         Riwayat psikososial dan spiritual
a)      Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
b)      Persepsi terhadap penyakit
c)      Masalah yang mempengaruhi pasien
d)      Mekanisme koping
e)      Sistem nilai kepercayaan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG
no
Diagnosis keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi keperawatan
rasional
1
Bersihan jalan napas tidak
efektif b.d peningkatan
produksi sputum, penurunan
energi, kelemahan
DS :
DO :
o Ronki
o Mengi
o Jalan napas terdapat
sekret
o Bunyi napas tidak normal
: …..
o Frekuensi napas :
…x/menit
Jalan napas kembali efektif
dengan kriteria hasil :
o Frekuensi napas dalam batas
normal (16–20 x/mnt)
o Bunyi napas vesikuler
o Bernapas tidak menggunakan
alat bantu napas
o Tidak ada dispnea dan
sianosis
Kaji frekuensi / kedalaman
pernapasan & gerakan dada




Auskultasi area paru, catat
adanya ronki, mengi, dan
krekels.


Observasi & catat batuk
yang berlebihan,
peningkatan frekusensi
napas, sekret yang
berlebihan.

Penghisapan sesuai dengan
Indikasi


Berikan cairan sedikitnya
2500 ml/ hari


Bantu mengawasi efek
penggunaan nebulizer.


Berikan obat sesuai indikasi:
Mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik.
Takipnea, pernapasan
dangkal dan gerakan
dada tidak simetris
karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada.

Penurunan aliran udara
terjadi pada area
konsolidasi dengan
cairan

Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan napas
secara alami



Merangsang batuk atau
pembersihan secara
alami

Cairan yang hangat
memobilisasi dan
mengeluarkan secret

Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan secret

Obat untuk menurunkan
spasme bronkus dengan
mobilisasi sekret
2
Gangguan pertukaran gas
b.d perubahan membran
alveolar, gangguan kapasitas
pembawa O2 darah,
gangguan pengiriman O2
Menunjukkan perbaikan ventilasi
dengan kriteria hasil :
o Oksigenasi jaringan dengan
AGD dalam rentang normal
o Tak ada distress pernafasan
• Kaji frekuensi, kedalaman
dan kemudahan bernapas




Observasi warna kulit,
membran mukosa dan kuku,
catat adanya sianosis




Awasi suhu tubuh, bantu
tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam



Observasi penyimpangan
kondisi, catat hipotensi,
banyaknya jumlah sputum,
perubahan tingkat kesadaran.

Berikan terapi O2 dengan
Benar


Awasi AGD dan Saturasi
Oksigen dengan pulse
oksimeter
Manifestasi distress
pernapasan tergantung
pada derajat keterlibatan
paru dan status
kesehatan umum

 Sianosis kuku menunjukkan
vasokonstriksi,
sianosis membran
mukosa menunjukkan
hipoksemia sistemik

Demam tinggi sangat
meningkatkan
kebutuhan metabolik
dan O2


Syok dan edema paru
adalah penyebab umum
kematian pada
pneumonia

Mempertahankan PaO2
diatas 60 mmHg


Mengevaluasi proses
penyakit dan memudahkan
terapi paru
3
Resiko tinggi penularan
infeksi b.d proses penyakit
Pencegahan penularan infeksi
dengan kriteria hasil :
o Tidak terdapat tanda – tanda
penularan infeksi dari pasien
ke pasien lain, keluarga dan
petugas kesehatan.
o Mencapai waktu perbaikan
infeksi berulang tanpa
komplikasi
• Pantau ketat tanda-tanda
vital, khususnya pada awal
terapi

• Anjurkan pasien
memperhatikan pengeluaran
sputum dan melaporkan
perubahan warna, jumlah
dan bau sputum

• Cegah penyebaran infeksi
dari pasien lain, keluarga
dan petugas kesehatan
dengan mencuci tangan
secara konsisten sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien serta menggunakan
APD


Kolaborasi pemberian anti
mikrobakterial
Selama periode waktu ini
potensial komplikasi fatal
dapat terjadi

Perubahan karakteristik
sputum menunjukan
perbaikan pneumonia
atau terjadinya infeksi
skunder

Organisme yang mudah
menular dapat ditularkan
melalui kontak langsung.
Teknik mencuci tangan
penting dalam
mengurangi transian
lapisan luar kulit dan
menurunkan penyebaran
/ tambahan infeksi

Obat ini digunakan untuk
membunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia
4
Intoleran aktifitas b.d
kelemahan, ketidak
seimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2
Peningkatan aktifitas dengan
kriteria hasil:
o Menunjukan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas
o Tanda vital dalam rentang
normal
Evaluasi respon pasien
terhadap aktivitas, catat
laporan dispnea,
peningkatan kelemahan

Berikan lingkungan tenang
dan batasi pengunjung
selama fase akut sesuai
indikasi

Bantu pasien memilih posisi
nyaman untuk istirahat/
tidur



Bantu perawatan diri yang
tidak dapat dilakukan pasien
Menetapkan kemampuan
/ kebutuhan pasien


Menurunkan stress dan
rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat


Tirah baring dipertahan
kan untuk menurunkan
kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk
penyembuhan

Meminimalkan kelelahan
dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan O2
5
Nyeri b.d inflamasi
parenkim paru, batuk
menetap
Nyeri terkontrol dengan kriteria
hasil:
o Menyatakan nyeri hilang atau
terkontrol
o Menunjukan rileks, peningkatan
aktifitas dengan tepat
Tentukan karakteristik nyeri
misalnya tajam, konstan,
ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/ lokasi / intensitas
nyeri

Pantau tanda-tanda vital



Kolaborasi pemberian
analgesik dan antitusif
Nyeri dada biasanya ada
dalam beberapa derajat
pada pneumonia


Perubahan frekuensi
jantung/TD menunjukan
bahwa pasien mengalami
nyeri

Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk
nonproduktif atau
menurunkan mukosa
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan
6
Gangguan pemenuhan
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d peningkatan
kebutuhan metabolik
sekunder, anoreksia,
distensi abdomen
Kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi selama perawatan
dengan kriteria hasil:
o Menunjukan peningkatan berat
badan
o Menunjukan peningkatan nafsu
makan
o Makan habis 1 porsi
o Tidak ada mual muntah
Auskultasi bising usus



Berikan makanan porsi kecil
dengan frekuensi sering


Sajikan makanan dalam
keadaan hangat

Berikan perawatan mulut


Timbang berat badan setiap
hari
Bising usus mungkin
menurun bila proses
infeksi berat

Meningkatkan masukan
meskipun nafsu makan
lambat untuk kembali

Mengurangi rasa mual


Menghilang rasa tidak
enak dan bau mulut

Mengetahui
perkembanganm status
nutrisi
7
Resiko tinggi kekurangan
volume cairan berlebihan
b.d kehilangan cairan
berlebihan (demam,
berkeringat banyak,
muntah, hiperventilasi)
Kebutuhan volume cairan tubuh
terpenuhi dengan kriteria hasil:
o Membran mukosa lembab
o Turgor kulit baik
o Pengisian kapiler kurang dari 3
detik
o Tanda-tanda vital stabil
Kaji tanda-tanda vital setiap
4 jam



Kaji turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa (bibir dan lidah)

Kaji adanya mual/muntah



Tingkatkan pemasukan
cairan minimal 2500 ml/
sesuai kondisi pasien
Pantau intake dan output
cairan
Peningkatan suhu atau
demam meningkatkan
laju metabolik melalui
evaporasi

Merupakan indikator
langsung keadekuatan
volume cairan

Adanya gejala ini
menurunkan masukan
oral

Menurunkan resiko
dehidrasi

















BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
Flu burung (avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B dan tipe C. Influensa tipe A terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain. Influensa A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung di Hongkong, Vietnam, Thailand, dan Jepang. Di Vietnam dan Thailand juga menyerang pada manusia dengan delapan kasus diantaranya meninggal.

KRITIK DAN SARAN
Kami sadar atas keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu besar harapan bagi kami atas kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan makalah ini.
















DAFTAR PUSTAKA
1.      Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit ( Fluburung.pdf )
2.      Aditama TG. Flu Burung di Manusia Edisi 2. UI Press. Jakarta 2006.
3.      Departemen Kesehatan, SK Menkes 1371/Menkes/ SK/IX/2005 tentang Pedoman Penanggulangan Flu Burung (Avian Influenza) Pada Manusia.
4.      World Health Organization (WHO), “WHO Current Phase of Pandemic Alert”, http://www.who.gov diakses pada tanggal 6 Januari 2007
5.      Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention, “CDC Recommends against the Use of Amantadine and Rimantadine for the Treatment or Prophylaxis of Influenza in the United States during the 2005–06 Influenza Season”, http://www.cdc.gov/flu/diakses pada tanggal 9 Agustus 2006.
6.      Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention, http://www.cdc.gov/flu/ diakses pada tanggal 30 Juni 2006
7.      World Health Organization (WHO), http://www.who.gov/guidelines for investigation of human cases of avian influenza A (H5N1),diakses pada tanggal 20 Januari 2007.
8.      Pusat Informasi Penyakit Infeksi “Flu Burung (Standar Prosedur); Prosedur Tetap Penanganan Penderita Flu Burung di RSPI – Prof Sulianti Saroso”, 2006
9.      Surat Edaran Dirjen Pengendalian Penyakiit dan Penyehataan Lingkungan tentang Definisi Kasus Flu Burung. Januari 2007
10.  Pusat Penanggulangan Krisis, Departemen Kesehatan, “3 kasus baru pasien flu burung, 2 orang meninggal” http://www.ppk.depkes.goi.id/ diakses tanggal 20 Februari 2007.
11.  Kandun IN, Wibisono H, Sedyaningsih ER, Yusharmen, Purba W et al. Three Indonesian Clusters of H5N1 Virus Infection in 2005. N Engl J Med 2006; 355: 2186-2194.
12.  Kate Farthing,PharmD, BCPS, et al, Drug Facts and Comparisons, Pocket Version 2007, Wolters Kluwer Health, Missouri, USA, 2007, halaman 1054-1058.
13.  The Writing Commitee of the World Health Organization (WHO) Consultation on Human Influenza A/H5. Avian Influenza A (H5N1) Infections in Humans. N Engl J Med 2005 halaman 353, 1374-1385.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar